PUSTAKAWAN DAN INFORMASI DI ERA DIGITAL


        Informasi dewasa ini memiliki tampilan yang sangat baru. Kata informasi itu sendiri menurut KBBI 
adalah kabar atau berita tentang sesuatu, atau informasi juga berarti sebuah pengetahuan, fakta, atau detail yang diperoleh tentang seseorang atau sesuatu. Tetapi di era digital sekarang informasi telah diubah gayanya dan diberi identitas baru. Informasi tidak hanya memiliki tampilan dan rumah baru, tetapi juga memiliki penangan dan kepribadian baru yakni lebih cepat, lebih ramah, dan lebih dinamis dari sebelumnya. 

        Dulu informasi apa pun yang ingin dicari dapat ditemukan di tempat yang logis seperti di perpustakaan atau toko buku dan ditemukan di rak sesuai dengan pengelompokan subjeknya. Namun, sebuah buku di perpustakaan atau toko buku hanya bisa ada di satu tempat pada satu waktu. Berbeda dengan Informasi digital, informasi digital menantang asumsi lama tentang bagaimana informasi harus diatur, karena di dunia digital tidak ada penghalang fisik. Informasi digital tak terhitung jumlahnya, dapat berada dimana saja dan dapat diakses oleh pencari informasi pada saat bersamaan. Pencari informasi hanya perlu mengetikkan kata kunci di mesin pencari/search engine untuk menampilkan hasil yang tak terhitung jumlahnya. Setiap hasil pencarian dapat menghasilkan tautan lain yang tak terhitung banyaknya, hal tersebut menciptakan sebuah jaringan. Tautan dan jaringan inilah yang telah membuat rak dan sistem organisasi perpustakaan/toko buku menjadi usang di tahun 2000-an.

        Informasi dulu diproduksi, didistribusikan, dan dikelola oleh para ahli dan orang-orang yang memiliki uang. Sosiolog abad kesembilan belas Karl Marx mencatat bahwa mereka yang mengendalikan alat-alat produksi informasi juga mengendalikan masyarakat. Orang-orang yang mengontrol produksi juga mengendalikan arus informasi. Dengan hadirnya teknologi digital, informasi tidak lagi di tangan beberapa orang saja. Pergeseran kekuasaan ini memungkinkan masyarakat umum untuk menghasilkan dan berbagi informasi seefektif pemerintah, pebisnis, dan para profesional. Namun hal ini menimbulkan tantangan bagi banyak pencari informasi untuk menentukan keandalan atau vaiditas dari sebuah informasi di Internet. Karena siapapun dapat memposting informasi, penipu dan ilmuwan memiliki kesempatan sama untuk memposting apapun di internet dengan mudah.

        Di era digital, informasi dapat diakses lebih cepat dari sebelumnya. Faktanya, informasi sering datang untuk mencari orang, bukan sebaliknya. Seseorang dapat mendaftar atau berlangganan ke sebuah kanal informasi, seperti website berita, blog, dan media sosial. Ketika pembaruan atau posting informasi dibuat di platform digital, kita akan langsung disuguhkan dengan informasi-informasi tebaru. Cara lain informasi menemukan orang adalah melalui iklan bertarget. Pengiklan menggunakan Internet untuk mengumpulkan informasi tentang kebiasaan dan minat pengguna. Ini memungkinkan mereka untuk menargetkan audiens mereka secara selektif. Meskipun informasi tersebut mungkin tidak diminta dan tidak diinginkan oleh pengguna, namun informasi tersebut dipersonalisasi. Akses informasi di era digital yang secepat kilat memungkinkan semua pencarian informasi di Internet akan menghasilkan jutaan hasil dalam sepersekian detik. Ditambah dengan perkembangan teknologi mobile, seseorang dapat menemukan informasi kapanpun dan dimanapun. Hingga tahun 1900, jumlah pengetahuan manusia berlipat ganda kira-kira setiap 100 tahun. Pada tahun 2013, pengetahuan meningkat dua kali lipat setiap 13 bulan. Prediksi meramalkan bahwa penggandaan pengetahuan pada akhirnya akan terjadi setiap 12 jam. Kesulitannya terletak pada bagaimana mengidentifikasi reliabilitas informasi yang sesuai dengan kebutuhan spesifik.


Bagaimana dengan Pustakawan? 

        Pustakawan terjebak dalam perubahan akses informasi di era digital. Pustakawan dulunya adalah penjaga gerbang informasi dan pakar yang dapat membantu peneliti menemukan lokasi fisik informasi di perpustakaan. Sekarang, saat informasi bergerak keluar dari ruang fisik terbatas, perpustakaan dan pustakawan harus beradaptasi. Perpustakaan umum, yang pertama kali muncul pada awal tahun 1900-an, didasarkan pada premis demokrasi bahwa informasi dan pengetahuan harus gratis dan tersedia bagi siapa saja. Perpustakaan hari ini terus bergerak maju menggunakan ide yang sama ini. Namun alih-alih menjadi penjaga gerbang tradisional, pustakawan menjadi pencari informasi. Pustakawan saat ini bertanggung jawab untuk memperkenalkan platform informasi baru kepada publik. Mereka juga membantu pemustaka untuk mempelajari keterampilan penting yang dibutuhkan untuk literasi informasi di era digital. Hasilnya, banyak perpustakaan umum menjadi pusat teknologi. 

    Perpustakaan sendiri merupakan tempat di  mana warga diajak untuk menggunakan berbagai perangkat digital yang disediakan perpustakaan, termasuk akses internet. Bagi pustakawan, ini berarti membantu pemustaka menemukan apa yang mereka butuhkan secara digital maupun di rak. Pustakawan di sekolah dan komunitas mengajari orang cara menggunakan alat digital untuk menemukan informasi yang tepat secara efisien. Selain itu, banyak perpustakaan memiliki akses online ke buku, majalah, dan materi digital lainnya. Banyak juga yang terhubung ke perpustakaan, museum, dan institusi lain. Hubungan ini memungkinkan pustakawan untuk mengakses platform informasi digital yang lebih luas. Sehingga, pemustaka dapat menggunakan perpustakaan untuk belajar, mendapatkan bantuan dari pustakawan, atau mengakses Internet.

    Bahkan dengan jumlah informasi digital yang tidak terbatas, menemukan informasi yang benar untuk memenuhi kebutuhan tertentu dapat menjadi tantangan. Menjadi melek informasi di era digital berarti menyadari keragaman sumber daya digital, mengenali jenis informasi apa yang dibutuhkan dan cara mencarinya, serta memahami cara kerja mesin telusur / search engine dan cara memfilter informasi yang andal. 

    Para pencari informasi di masa lalu menggunakan sumber daya seperti perpustakaan, surat kabar, buku telepon, dan ensiklopedia untuk menemukan informasi yang dibutuhkan. Saat ini, sebagian besar informasi bersifat digital sehingga dapat diproses dengan mudah melalui teknologi digital. Hal tersebut  telah mengubah cara orang menemukan informasi. Misalnya, televisi, radio, dan surat kabar dulunya adalah sumber berita utama. Kini, Internet menjadi sumber utama ketika ingin menemukan informasi terkait sesuatu yangg dibutuhkan. Untuk pencari informasi, terutama yang melakukan penelitian, tantangan utamanya adalah memutuskan sumber mana yang akan digunakan, selalu ingat bahwa informasi harus terkini, andal, dan akurat.



 

Komentar